A. PENGOLAHAN SAMPAH DI JEPANG
Yang sangat mengagumkan di jepang adalah budaya memilah dan
memilih sampah sebelum sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah, sehingga
memudahkan petugas kebersihan dalam mengelola sampah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membuang sampah disini.
1.
Memilah sampah.
Setiap
warga diwajibkan memilah sampah sesuai dengan table klasifikasi sampah yang telah
dibagikan dinas kebersihan. Banyak sekali klasifikasi sampah yang harus dipilah
sehingga membingungkan juga diawal-awal tinggal disini. Misalkan sampah kertas
kita harus mengumpulkan dalam satu kantong, sampah rumah tangga, sampah
plastic, botol minuman, kaleng dll.
Ada
beberapa catatan, tutup botol plastic termasuk kategori plastic, jadi
dipisahkan dengan botolnya. Plastic/kertas yang basah atau kotor termasuk dalam
sampah rumah tangga. Untuk sampah berukuran besar seperti sepeda, pakaian, alat
masak dll harus dibuang dengan perjanjian dengan dinas kebersihan. Untuk sampah
elektronik tidak bisa dibuang di tempat pembuangan sampah melainkan harus di
buang di tempat membeli alat elektronik tersebut dengan membayar biaya
transportnya.
2.
Pembungkus sampah
Pada
dasarnya sampah harus dibungkus dalam plastic transparan sesuai dengan
klasifikasi sampah masing-masing, kecuali sampah pecahan piring atau lampu,
maka harus dibungkus kertas dengan menuliskan nama benda tersebut di kertas
pembungkusnya
3.
Jadwal membuang sampah
Tidak
setiap hari kita bisa membuang sampah disini, ada jadwal yang telah diberikan
dinas kebersihan dan kita harus membuang sesuai jadwal tersebut, jika ketahuan
melanggar maka akan ada sanksi dari petugas yang berwenang.
Di
daerah masing-masing sudah ada jadwal tetap dalam membuang sampah, namun satu
daerah berbeda jadwalnya dengan daerah lain. Misalkan daerah saya (jadwal
terlampir) untuk hari senin, kamis, dan minggu tidak ada jadwal membuang
sampah, untuk hari selasa dan sabtu jadwalnya membuang sampah rumah tangga,
hari rabu botol minuman dan kaleng, hari jumat plastic dan kertas.
4.
Tempat membuang sampah
Tempat
membuang sampah untuk daerah masing-masing sudah ditentukan yang biasanya
letaknya tidak jauh dari apato. Sedangkan untuk tempat sampah di jalan atau
tempat umum lainnya juga dibedakan, ada tempat untuk, botol minuman, tempat
bento, sampah basah dll.
Dikarenakan
peraturan pemerintah yang bagus dan kesadaran warga yang tinggi alhasil, di
sepanjang jalan terlihat bersih tanpa sampah, ditambah lagi di jepang gak ada
selokan (maksudnya selokannya dibawah tanah) sehingga jalanan semakin terlihat
bersih.
Berikut beberapa fakta tentang cara orang Jepang
memperlakukan sampah
1. Orang Jepang mengelompokkan
sampah-sampah mereka menjadi beberapa jenis, antara lain sampah rumah tangga
(sisa-sia bahan masakan, kertas-kertas yang sudah kotor, dll ), sampah-sampah
berbahan plastik, sampah-sampah botol dan kaleng, sampah-sampah khusus seperti
alat-alat rumah tangga (wajan, penggorengan, radio, televise, lemari es, dll)
yang bereka bagi lagi berdasarkan ukurannya (besar dan kecil).
2. Orang Jepang menetapkan jadwal
pembuangan sampah dalam setiap Minggunya. Misalnya di daerah tempat saya
tinggal, sampah rumah tangga dibuang tiga kali dalam seminggu ( Selasa, Kamis
dan Sabtu). Hari Senin adalah waktu untuk membuang sampah-sampah kertas. Hari
Rabu adalah waktu untuk membuang sampah-sampah botol plastic, kaleng dan
botol-botol kaca yang masing-masing dikelompokkan berdasarkan jenisnya
masing-masing. Sementara hari Jum’at minggu ke-2 dan ke-4 setiap bulannya merupakan
saat untuk membuang alat-alat rumah tangga khusus. Hari Minggu adalah hari
dimana tempat pembuangan sampah menikmati kebersihannya alias tidak ada
pembuangan sampah. Sampah-sampah tersebut dijadwal secara tertulis agar ditaruh
ditempat pembuangan sampah sementara setiap harinya antara pukul 8 sampai 9
pagi. Jadi dihimbah untuk tidak membuang sampah di malam harinya. Memang dari
pengalaman saya pukul 8 – 9 ini tidaklah saklek dilaksanakan. Misalnya banyak
juga orang Jepang yang mulai menaruh sampahnya lebih awal. Sementara datangnya
truk pembuang sampah menandakan akhir pembuangan sampah pada hari tersebut.
3. Sudah menjadi kebiasaan orang Jepang
yaitu mereka membuang sampahnya dengan rapi. Sampah-sampah dibungkus
dengan plastik transparan ( tidak gelap ). Sampah kertas dibuang dalam
wadah kertas seperti kantung kertas bekas belanjaan. Buku-buku bekas atau Koran
mereka ikat dengan apik, dan lain sebagainya. Kebiasaan ini membuat
tempat-tempat sampah di Jepang bebas dari bau.
4. Untuk membuang sampah yang berukuran
besar, kita harus membayar uang daur ulangnya. Biasanya sampah yang berukuran
di atas 30 cm. Misalnya untuk membuang kipas angin yang cukup besar ataupun
sepeda, orang jepang harus membeli stiker yang menurut sensei saya bisa dibeli
di kombini store seharga 500 yen.
5. Pada masa libur panjang seperti
libur tahun baru dan Golden week yang lamanya hampir satu minggu, pembuangan
sampah ditiadakan dan biasanya telah diinformasikan melalui website pemerintah
setempat. Pada sat ini tempat-tempat pembuangan sampah sementara biasanya
ditutup misalnya dengan menutup dan mengikatkan jarring tali penutup bak sampah
sehingga sampah-sampah tidak bisa dibuang dan dimasukkan kesana.
6. Bak sampah/ tempat pembuangan sampah
sementara bersama banyak tersebar didekat hunian masyarakat.
B.
PENGOLAHAN SAMPAH DI INDONESIA
Sampah merupakan
masalah yang umum terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Sampah diidentifikasi sebagai salah satu
faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif terhadap kegiatan perkotaan.
Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama:
kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya)
atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada
upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable.
Berkaitan dengan sistem pengelolaan persampahan, dasar
pengelolaan mesti mengedepankan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah
sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan sampah tersebut juga harus
didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi mengingat perilaku
masyarakat merupakan variable penting.
Kebijaksanaan pengelolaan persampahan seyogyanya memiliki
landasan kuat agar sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik. Kebijakan
dapat dilakukan meliputi penurunan senyawa beracun yang terkandung dalam sampah
sejak pada tingkat produksi, minimasi jumlah sampah, peningkatan daur ulang
sampah, pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara
signifikan, dan pencemaran lingkungan dicegah sedini mungkin.
Berdasarkan landasan tersebut, kebijaksanaan pengelolaan
sampah antara lain meliputi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara
mandiri, pengelolaan sampah dengan menggunakan sanitary landfill yang
sesuai dengan ketentuan standar lingkungan, dan pengembangan teknologi tinggi
pengolahan sampah untuk sumber energy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar